Minggu, 19 September 2010
Gagal Panen
Ada cerita sedih dibalik pulangnya kami ke kampung halaman. Ortuku berasal dari Klaten tapi domisili Semarang, mertua Klaten juga dan domisili Klaten, jadi bisa dibilang mudik yang sebenarnya adalah ke Klaten karena keluarga besarku dari Ibu dan Bapak mostly ada disana, tepatnya daerah Delanggu, kalo dari Solo sebelum kota Klaten letaknya. Daerah ini memang terkenal sebagai penghasil beras yg enak, pulen dan wangi. Nah sejak beberapa bulan lalu memang terdengar kabar bahwa sawah-sawah terkena hama dan ini hampir terjadi di seluruh daerah Delanggu dsk. Jadi sewaktu kami akan mudik, udah dibilang bakal gak menemui pemandangan sawah-sawah hijau karna petani belum berani tanam lagi karena serangan hama. Mertua pun sudah 2kali mencoba tanam dan sukses gagal 2-2nya.
Sungguh sedih melihat pemandangan di kampung halaman, sejauh mata memandang hanya hamparan rumput liar, ngga ada pemandangan sapi atau kerbau untuk membajak sawah, ngga ada pemandangan bebek yg diangon ke sawah :(. Beberapa sawah kering ada yang ditanami jagung, sebagian kecil ada yang tanam cabe, tapi sebagian besar ya didiamkan saja. Lalu ada juga yang ditanami tembakau, di daerah Sawit Boyolali buanyak yang melakukan hal serupa. Hamparan pohon tembakau bertebaran menggantikan padi. Sedih? Pasti! Kok tembakau???? Sama aja supply untuk rokok kan? Hikshiks..
Si tersangka hama yang menjadi biang kerok memang datang tanpa diduga, malam datang dan pagi ketika petani datang si yang seharusnya siap panen udah habis bisss!! Musim yang tak menentu juga mungkin jadi sebab kegagalan panen dan tanam. Entah sampai kapan akan begini terus.
Semoga pemerintah daerah segera bisa mengatasi hal ini yah, kasian juga para petani, mau makan apa kalo kondisinya begini terus :(. Apakah udah saatnya beralih dari nasi ke sumber karbohidrat lain?
*ket foto: pohon tembakau yg gantiin padi di daerah Boyolali, diambil pagi-pagi saat masih diselimuti kabut*
Rgds,
Ida
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
daerah selatan kan sering ujan juga, makane gagal panen :-(
BalasHapusPas lewat jalur boyolali-selo-ketep pass emang pemandangane tembakau, Da. Sayang banget ya...drpd diganti tembakau kenapa gak diganti teh koyok nang daerah jawa barat ya.
Kalo cuma hujan harusnya ga ngaruh Dy karna padi kan rata2 tumbuhnya terendam air. Kecuali banjir yah. Entah lah Dy rata2 petani kan pendidikan rendah gak mau mikir mbulet :(
BalasHapusTeh vs tembakau, secara penghasilan mungkin gedean mbako Dy
BalasHapusmudah2an setelah beralih dari tembakau, tanaman penggantinya lebih berkah...
BalasHapusikut prihatin mba ida...iya beras delanggu memang raja pulen. semoga keadaan cepat kembali seperti semula ya...
BalasHapuspada nanemnya gak serentak da, makanya susah dibrantas
BalasHapusPetani tembakau di Temanggung pada sambat juga: curah hujan yang kebablasan menyebabkan mereka gagal panen tuh, jeh!
BalasHapusiyo sih, Da...tapi kan cuman kanggo industri rokok :-(
BalasHapusSama-sama asal Klaten dsk-nya, jadi tahu persis masalahnya ya? Kenapa dari dulu sampai sekarang para petani gak bisa dibikin guyub, kompak bikin paguyuban yang mengatur tanam ya?
BalasHapusBukankah mereka sudah dikasih penyuluhan oleh para 'konsultan' dari perguruan tinggi maupun departemen?
Saya sudah pernah coba bantu para petani bawang di sekitar Tanjung, Brebes, problem mereka adalah kalau panen raya, harga langsung anjlok, jadi saya usulkan untuk dibikin bawang goreng - waktu itu belum ada yang jual bawang goreng dalam kemasan, juga supermarket belum banyak.
Sekarang ada pabrik yang bikin bawang goreng dekat situ, saya pikir itu milik koperasi, ternyata bukan. Petani sih tetap ajah susah hidupnya, sebab pabrik itu cuma mau beli bawang dengan harga rendah, gak perlu kualitas baik, sebab toh kalau sudah dirajang dan digoreng, gak kelihatan lagi.
Gak juga. Para buruh perajang tembakau, para buruh pabrik rokok, semuanya sangat bergantung pada industri tembakau juga sih. Walau saya sendiri termasuk bukan pendkung, tapi mau bilang apa? Kenyataannya memang kita masih perlu industri tembakau - belum ada industri penggantinya toh.
BalasHapusOphoeng, paguyuban petani sih pasti ada. Saya kemarin emang gak menelaah lebih jauh apa penyebab gagal dan gagalnya panen. Cuma mengorek keterangan dari mertua aja. Salah satu solusinya sebenrnya mengganti tanaman padi jadi tanaman lain, cumaa mungkin karna petaninya gak terbiasa, jadi keder juga untuk memulai. Kalo soal pabrik rokok, kalo dibunuh, pasti akan muncul ide usaha lain selain rokok kok! Tinggal penguasa aja yg bicara kalo soal ini hehehe..
BalasHapusKalo di daerah Klaten dsk, sebenernya tanahnya tanah yg full air karna air gampang, jadi utk tembakaunya dari sawah yang dikeringkan
kenapa tembakau sih?kan ga tahan hujan juga :( duuhh...dimana2 memang banyak yg gagal panen padi nih :(
BalasHapuskasihan para petani nya ....
BalasHapusWaduuh.. itu hama apa ya Da, menyerang dalam sekejap
BalasHapusSejenis wereng, tapi bukan wereng kalo kata mertua. Jadi kek serangga yg suka terbang diatas kepala tuh, yg kecil2, tapi jumlahnya ribuan (mungkin jutaan), jadi dipastikan habis tak bersisa. Kalo hama tikus aja masih nyisain barang sekarung, nah ini blass habiss!!
BalasHapusTembakau ditanam di musim ini? Emang bisa jadi?
BalasHapusKalo jadi pun kualitasnya rendah kan.
Hmmm,kalo ga ada pabrik rokok, orang se-kota Kediri itu pada kerja dimana ya? Hehehe...
Aku bukan seorang yang pro rokok juga, tapi mimpi ga ada pabrik rokok itu bakal masih lamaaaaa banget bakal terwujud.
Perlu pelajaran "behaviour change" juga untuk masyarakat petani tembakau, pekerja di pabrik rokok, serta masyarakat di lingkungan sekitar pabrik utk membiasakan dirinya ga bergantung sama pabrik rokok.
Soal kualitas ngga tau ya Ka. Tapi buktinya bisa tuh!
BalasHapusIka, di tulisan ini gw cuma menyampaikan keprihatinan gw soal padi yg diganti tembakau. Prihatin aja, smoga gak trus jadi ada pabrik rokok di sekitaran kampung gw.
Hihihi, iya ya...
BalasHapusSorry...sorry...