Riffat sekarang udah sekolah di Kelompok Bermain Rukun Ibu daerah Tomang. Letaknya ngga jauh dari rumah, naik motor 5 menit aja iudah nyampe. Nah waktu itu masukin KB paling deket dari rumah dengan pertimbangan asal si Riffat ada temen main aja karena dirumah dia ngga ada temen. Dan lagi waktu itu dia udah ribut aja pengen sekolah. Kriterianya juga ngga muluk-muluk, syaratnya cuma KB itu isinya main main aja tanpa ada calistung apalagi PR hehehe. Bayarannya pun murah! Yasudah akhirnya memutuskan nyekolahin RIffat. Eh ternyata setelah sekolah berjalan, gue makin ngga sreg sama ni skul, metode pengajaran terutama. Banyak lah yang bikin engga sreg. Nah, berbekal pengalaman di KB inilah gue mau skul Riffat berikutnya gue harus tau program-program sekolah dan metode pengajarannya. Ngobrol-ngobrol sama Lindy emaknya Lunari dan Hikari, dia cerita punya temen Kepala Sekolah TK Bintang Bangsaku. Webnya bisa diklik www.bintangbangsaku.com. Baca-baca webnya berasa nnnaaaahhh ini nihhh yang gue cari! Apalagi si Kepsek ini adalah Kepala Sekolah TK terbaik nasional! wah!! makin tertarik! Letaknya ngga jauh juga dari rumah, ada di Jl Penjernihan, kalo dari Tomang tinggal lempeng-lempeng aja jalannya tapi memang lewat jalan protokol S Parman yang kalo pagi pasti macet! Jl Penjernihannya pun juga macet! Hari Selasa kemarin kesana untuk survey habis periksa gigi ke poliklinik.
Nah ini dia hasil survey....
TK Bintang Bangsaku, Jl Penjernihan (nomer berapa lupa! pokoknya sebelahnya Butik Mumtaaz)
PROGRAM SEKOLAH
Bintang Bangsaku punya program yang bagus banget kalo menurut gue. Semua diajarkan dengan metode belajar sambil bermain -- ini mah semua TK begitu ya --. Untuk TK A 1 kelas hanya 8 orang dihandel oleh 1 orang guru. Ada field trip ke Pemadam Kebakaran, Ambulance, Bank dan lain-lain. Diwajibkan menabung setiap masuk, biasanya hasil tabungan untuk biaya field trip. Ada yang menarik, orang tua diberi kesempatan untuk menulis di sebuah buku yang sudah disediakan, perilaku negatif apa saja dari si anak yang pengen diubah, nah sekolah akan membantu memperbaikinya, tapi tentu saja harus continue di rumah juga. Disini semua media komunikasi guru dengan orang tua murid jelas, ditunjukkan berbagai buku penghubungnya, sudah terprogram dengan baik. Terima raport 4 bulan sekali, dan kemarin ditunjukin raportnya yang bikin gue kaget! Contoh rapor yang ditunjukin ke gue dari 1 orang anak (kompilasi rapor setahun ajaran), tebalnya aja ngalah-ngalahin kamus Inggris-Indonesia! tebeeeeel banget dalam kertas selebar A4. Ckckck.. Jadi isinya detail banget mulai dari target sekolah dan pencapaian si anak. Sayangnya TK nya ada kewajiban PR -- hmmmm membuat gue jadi rada males -- waktu gue tanya kenapa ada PR alasannya agar nanti saat SD si anak sudah siap dengan full materi dan kewajiban PRnya. Kategori TK nasional, agama apapun bebas. Malah pas kesana suasananya suasana imlek. Ada lampion warna merah dan pohon angpau.
Dalam setahun diberi kesempatan konsultasi dengan psikolog sebanyak 2 kali. Untuk TK A masuk 5kali sehari dengan durasi @2,5jam. Secara keseluruhan goal yang hendak dicapai di TK ini adalah kematangan sosial emosi si anak, selain dilihat juga kecukupan umurnya. Untuk masuknya selain umur, untuk TK A minimal 4 tahun di bulan September 2010, juga dilihat apakah si anak mengalami speech delay, atau keabnormalan lainnya.
Jika memang ada ketidak normalan maka treatment akan berbeda. Gue ngga nanya lebih lanjut soal ini sih, karena yakin si Riffat normal-normal saja hehehe.
BANGUNAN SEKOLAH
Bangunan sekolah memang terlihat agak tua, 2 lantai, bentuknya sepertinya tadinya adalah rumah tinggal yang difungsikan menjadi sebuah sekolah. Sedikit kurang ideal apalagi lantai 2 nya tangganya kecil-kecil dan sempit. Ruang kelas ber AC dan tiap kelas/grup mempunyai ruang sendiri-sendiri. Ada UKS, Perpustakaan, playground.
LETAK SEKOLAH
Letak sekolah ada di pinggir jalan besar yang macet di Jl Penjernihan, depannya kuburan Karet. Karena letaknya itulah membuat di dalam ruangan masih terdengar bising suara kendaraan. Walaupun sebenernya ngga terlalu pengaruh juga karena si Riffat juga pasti udah terbiasa sama suara bising -- rumah juga depan jalan protokol -- malah lebih parah lagi sampai pagi suara ambulance, suara mobil pemadam -- yang kalo lewat si Mama tinggal nonton TV atau buka detik.com daerah mana yang kebakaran xixixi. Dan yang terpenting dari lokasi adalah, perlu effort gede ngga untuk mencapai kesana, secara gue ngga bisa nyetir, naik taksi pasti high cost, naik ojek gue ngga bakal berani, ojek tetaplah ojek.. ngasaaaaal pasti jalannya, paling aman emang gue sendiri yang antar pakai motor -- beli helmiat berarti biar amannya --, atau maksain diri kursus nyetir.
BIAYA
Biaya masuk ngga terlalu mahal sekitar 2,5 juta termasuk uang alat. SPP 275ribu. Masih masuk akal. Malah gue mikir apa untung yaa secara letak sekolahnya di pinggir jalan besar nan strategis, ngegajri gurunya, uang operasional dll. Biaya tersebut belum termasuk uang untuk field trip. Oh ya si skul ini juga ada program untuk GAKIN. Jika anak kurang mampu ingin masuk kesana namun dana terbatas, jika bisa menunjukkan bahwa mereka termasuk keluarga miskin dengan ada keterangan dar pihak terkait, maka semua biaya didiskon 75%. Wow!! hebat!! Hare gene gitu loohhh..!! TK mana ada yang disubsidi pemerintah kan? Satu hal yang membuat gue salut dan yakin ni sekolah ngga semata-mata cari untung.
Overall gue kasih Bintang 4 buat si TK ini, semuanya bagus kecuali lokasi, bangunan dan PRnya.
Survey berikutnya ke TK ABA Tomang. Gue review di jurnal berikutnya yaa.. :-)
Nah ini dia hasil survey....
TK Bintang Bangsaku, Jl Penjernihan (nomer berapa lupa! pokoknya sebelahnya Butik Mumtaaz)
PROGRAM SEKOLAH
Bintang Bangsaku punya program yang bagus banget kalo menurut gue. Semua diajarkan dengan metode belajar sambil bermain -- ini mah semua TK begitu ya --. Untuk TK A 1 kelas hanya 8 orang dihandel oleh 1 orang guru. Ada field trip ke Pemadam Kebakaran, Ambulance, Bank dan lain-lain. Diwajibkan menabung setiap masuk, biasanya hasil tabungan untuk biaya field trip. Ada yang menarik, orang tua diberi kesempatan untuk menulis di sebuah buku yang sudah disediakan, perilaku negatif apa saja dari si anak yang pengen diubah, nah sekolah akan membantu memperbaikinya, tapi tentu saja harus continue di rumah juga. Disini semua media komunikasi guru dengan orang tua murid jelas, ditunjukkan berbagai buku penghubungnya, sudah terprogram dengan baik. Terima raport 4 bulan sekali, dan kemarin ditunjukin raportnya yang bikin gue kaget! Contoh rapor yang ditunjukin ke gue dari 1 orang anak (kompilasi rapor setahun ajaran), tebalnya aja ngalah-ngalahin kamus Inggris-Indonesia! tebeeeeel banget dalam kertas selebar A4. Ckckck.. Jadi isinya detail banget mulai dari target sekolah dan pencapaian si anak. Sayangnya TK nya ada kewajiban PR -- hmmmm membuat gue jadi rada males -- waktu gue tanya kenapa ada PR alasannya agar nanti saat SD si anak sudah siap dengan full materi dan kewajiban PRnya. Kategori TK nasional, agama apapun bebas. Malah pas kesana suasananya suasana imlek. Ada lampion warna merah dan pohon angpau.
Dalam setahun diberi kesempatan konsultasi dengan psikolog sebanyak 2 kali. Untuk TK A masuk 5kali sehari dengan durasi @2,5jam. Secara keseluruhan goal yang hendak dicapai di TK ini adalah kematangan sosial emosi si anak, selain dilihat juga kecukupan umurnya. Untuk masuknya selain umur, untuk TK A minimal 4 tahun di bulan September 2010, juga dilihat apakah si anak mengalami speech delay, atau keabnormalan lainnya.
Jika memang ada ketidak normalan maka treatment akan berbeda. Gue ngga nanya lebih lanjut soal ini sih, karena yakin si Riffat normal-normal saja hehehe.
BANGUNAN SEKOLAH
Bangunan sekolah memang terlihat agak tua, 2 lantai, bentuknya sepertinya tadinya adalah rumah tinggal yang difungsikan menjadi sebuah sekolah. Sedikit kurang ideal apalagi lantai 2 nya tangganya kecil-kecil dan sempit. Ruang kelas ber AC dan tiap kelas/grup mempunyai ruang sendiri-sendiri. Ada UKS, Perpustakaan, playground.
LETAK SEKOLAH
Letak sekolah ada di pinggir jalan besar yang macet di Jl Penjernihan, depannya kuburan Karet. Karena letaknya itulah membuat di dalam ruangan masih terdengar bising suara kendaraan. Walaupun sebenernya ngga terlalu pengaruh juga karena si Riffat juga pasti udah terbiasa sama suara bising -- rumah juga depan jalan protokol -- malah lebih parah lagi sampai pagi suara ambulance, suara mobil pemadam -- yang kalo lewat si Mama tinggal nonton TV atau buka detik.com daerah mana yang kebakaran xixixi. Dan yang terpenting dari lokasi adalah, perlu effort gede ngga untuk mencapai kesana, secara gue ngga bisa nyetir, naik taksi pasti high cost, naik ojek gue ngga bakal berani, ojek tetaplah ojek.. ngasaaaaal pasti jalannya, paling aman emang gue sendiri yang antar pakai motor -- beli helmiat berarti biar amannya --, atau maksain diri kursus nyetir.
BIAYA
Biaya masuk ngga terlalu mahal sekitar 2,5 juta termasuk uang alat. SPP 275ribu. Masih masuk akal. Malah gue mikir apa untung yaa secara letak sekolahnya di pinggir jalan besar nan strategis, ngegajri gurunya, uang operasional dll. Biaya tersebut belum termasuk uang untuk field trip. Oh ya si skul ini juga ada program untuk GAKIN. Jika anak kurang mampu ingin masuk kesana namun dana terbatas, jika bisa menunjukkan bahwa mereka termasuk keluarga miskin dengan ada keterangan dar pihak terkait, maka semua biaya didiskon 75%. Wow!! hebat!! Hare gene gitu loohhh..!! TK mana ada yang disubsidi pemerintah kan? Satu hal yang membuat gue salut dan yakin ni sekolah ngga semata-mata cari untung.
Overall gue kasih Bintang 4 buat si TK ini, semuanya bagus kecuali lokasi, bangunan dan PRnya.
Survey berikutnya ke TK ABA Tomang. Gue review di jurnal berikutnya yaa.. :-)
Hampir sama dengan sekolah Dafa yang sekarang. Biaya segituan juga, ga terlalu mahal lah ya dibanding sekolah2 lain yang masuknya aja udah 2 digit, hehehe. Sama, di sekolah Dafa yg sekarang juga TK-nya ada PR :(
BalasHapusSoal buku penghubung dan field trip juga sama. Buku penghubung di Creative Kids dikasih ke ortunya tiap awal semester. Trus ortunya diminta nulis apa aja yg ingin diraih si anak semester itu, apa yg ingin dibantu diarahkan, gitu2 lah. Bagus sih, membantu banget buat kita para ortu.
Kalo soal PR, pada akhirnya sih gue mikir, kita emang ga bisa melawan sistem sendirian. Memang kenyataannya sistem pendidikan kita ya begini ini. Mau ga mau... Yang penting, kita para orang tua harus berusaha agar proses mereka bikin PR dan belajar calistung menyenangkan aja. Gimana caranya, ya itu PR buat kita.
Ini sekolahnya umum ya Da? Sekolah Dafa juga umum. Dan cuma itu satu2nya keberatan gue. Gue maunya sih nanti TK masuk sekolah Islam. Tapi disini gila deh sekolah Islam yang bagus ya mahal banget (dua dijit itu masuknya, awalnya angka 2, hehe), sementara yang murah juga yaaaa gitu doang. 25 anak 1 guru, huhuhu.
*panjang bener komen gue*
Bibi, ini artinya sekolahannya nggak ngerti perkembangan anak, jadi ini mah cuman bla bla bla aja, laporin ke Pdan K, doi bisa kena banned :))
BalasHapusIyaaa umum Wi.. Masih ada 1 yg rekomen juga udah gue survey dan TK Islam pula. Ntar dulu ahh reviewnya pegel euy.. Hehe..
BalasHapusHarga lebih mahal dikit dari si BB ini. Soal sistem iya Wi akhirnya mau gak mau kita harus ikutin sistem.. Tinggal pilih diantara sistem itu mana yg paling rasional buat anak.
Paman Eddy, hmmmm jadi diragukan juga neh si kepsek katanya juara nasional :D
BalasHapusterserah mau juara nasi onal atau nasi uduk, kalo gitu konsepnya artinya doi nggak mengerti bagaimana mendidik anak tk :))
BalasHapussama Da sama sekolah fadil.
BalasHapuspas di semarang sih udah cocok sama sistem di Taman Belia Candi (yang di Candi Asri deket kantor telkom itu Da..ngerti ga?)
full maen deh. faadhil aku masukin di usia 16 bulan dengan pertimbangan daripada maen di rumah ga jelas,kurang aktifitas gitu,dan waktu umur-umur segitu juga semaunya aja datang.
contohnya nih,mengenal warna pas baby class juga asyik.....cuma nuang air berwarna ke dalam botol,berapa minggu warna ijoooo terus nanti ganti lagi warna merah,ternyata ga cuma untuk mengenal warna tapi juga untuk melatih motorik halusnya. terus...dari usia toodler udah ada meremas kertas koran,menyulam pake tali sepatu ke sebuah alat mirip angka dan huruf,tujuannya ya itu agar melatih motorik halus dan kasar agar mudah memegang pensil aja nanti pas SD dan secara ga langsung mengajarkan huruf dan angka,yang ada si usia 2,5 thn fadil ngerti angka tanpa di ajarin.field trip dan berenang udah masuk dalam agenda sekolah jadi ga usah bayar lagi.
sebenernya sih TK pengen TK Islam tapi booooo mahal. Al azhar sampe 9jt dan sekelas 25 murid dengan 1 guru.akhirnya ya tetep di tambel aja udah enak ma sistemnya sih
terus pindah pwt ini dpt TK Islam yang sejenis pengajarannya ma tambel,malah lebih asyik lagi...sekolahnya lebih 'membumi' lebih merakyat gitu,dengan moto go green semua barang bekas jd barang berharga
oh ya soal buku penghubung di sini sama,setiap minggu ada buku penghubung utk catatan anak di rmh bagaimana dan di sekolah bagaimana
lhooo kok jd panjang?????/
ikut menyimak, lg cari sekolah jg soale..
BalasHapusPaman Eddy, sayangnya kemarin gue gak tanya detail PR itu dalam bentuk apa. Ada bukunya sih. Tapi emang denger kata PR aja udah bikin gue rada kaget..
BalasHapusIka, 5 thn di JKT udah cukup membuatku setengah buta sama daerah smg! Hahaha.
Al azhar TK aja sampe 9 juta? Ckckck padahal daerah. Ahh cari yg lain aja Ka. Eh udah nemu ding ya nang PWT. Syukur deeh. Gw aja denger tetangga sebelah masukin SD kena 13juta aja udah cukup membuat gonjang ganjing..
Gue udah gak kerja lha opo iso nyekolahin anak gw entar huhuhuuu
Ken, lo harus hunting mulai sekarang. Soalnya bulan2 ini biasanya pada udah buka pendaftaran.
tk ada pe er?hmm..kyk nya cocok tuh bwt zian..kekekek..btw..gw dah cocok n sreg sm skolah zian yg skarang..tk nya cm 10org per kls per guru..ada buku penghubung, raport 3bulanan, konsultasi sm psikolog 3bln skali, field trip 2xper semester, ada pemeriksaan kesehatan jg tiap semesternya..skolah islam tp hrg nya terjangkau..kekurangan nya tempat main outdoor nya kecil bgt..kekekek tetep ya ada krg nya..
BalasHapusudah ada nominasi sih Da. Tp emang gw akui gw tny2 wkt itu ga detil ky lo. Seperlunya, & penilaian sisanya dgn gw liat J suka tmpt itu, anak2 yg disitu keliatan happy2 aja, & anaknya temen gw yg duluan di situ jg baik2 aja.
BalasHapusDgn ngikutin review2 lo, plg ga gw tau gmn TK2 yg lain. Dan kalo ada program yg bgs tp ga ada di TK yg ntar J masuk, kan bisa jd input jg lwt POMG..
hadoohh pake PR segala ... gw renc buat Fadhl kaga pake TK ah, mp belajar nerapin HS aja buat dia . ga kuku ama kurikulum dan biaya nya ..
BalasHapusMet hunting lagi yaaa....
buruan pindah ke islamik ajaaa.... lebih banyak pilihan :D
BalasHapusmau masukin aya ke sekolahnya manusia ahhh.. ^__*
BalasHapusEmang sekolah yang disebutin diatas bukan sekolah manusia ya Ra? heuheu...
BalasHapusAnna
BalasHapusWah udah bagus tuh skulnya Zian Ann, lanjoooottt..
Ken
Salah satu yg gue review adalah guru-gurunya Ken, kalo gurunya muda dan pas gue tanya2 dia bersemangat dan bisa gamblang ngejelasin bahkan yang gak gue tanyakan pun dia bisa jelasin, jadi satu nilai plus.
Input ke POMG bagus juga tuh asalkan si skulnya welcome dgn kritik dan saran ortu
Mba Epa
Mba, emang mba pendidikan terbaik sebelum SD emang dirumah. Cuma HS emang butuh kekonsistenan ortu. Lah gue, si Ipan aja nempel terus kayak prangko gimana mau HS hehehe.. Saat ini skul jadi kegiatan yang positif tanpa mengesampingkan pendidikan utama oleh ibunya dirumah *tsaaah kek gue bisa aja*
Heni
Kekekekk.. Bikin tenda dulu ya Hen hahaha
Rara
Apaan tuh skul manusia Ra?
Uwi, dikiranya sekolah monyet kaleee :p
BalasHapusbeli deh Da bukunya.. "Sekolahnya Manusia"
BalasHapusRa, udah ketemu sama sekolah "manusia"nya belum Ra?
BalasHapusmasi lama ahh Da kl mau survey juga.. heuheuheue...
BalasHapusRa, kalo udah survey trus ketemu cerita yaaa.. Pengen tau gitu loh yang manusia[wi] itu yang kek gimana.
BalasHapusAtau resensi bukunya dong Raa.. Sekedar bandingin yang udah gw survey udah cukup manusia[wi] belum. Ok?
ya itu tadi Da bukunya.. "sekolahnya manusia" penulisnya pak Munif Chatib.. beli deh Da, bagus...!
BalasHapuslha gw mah survey masih 3 taun lagi Da.. hahahaha.. *keburu elu lupa*
Hihihi. Gue suka geli sama yang idealis banget soal sekolah anak. Sebagai orang tua, pasti kita pengen sekolah yang terbaik dan manusiawi. Kalo inget lagu anak2 jaman dulu "Taman yang paling indah, hanya taman kami. Tempat bermain berteman banyak, itulah taman kami taman kanak2." Kita pasti memimpikan sekolah untuk anak kita sekolah yang seperti ini. Tanpa beban, tanpa PR, tanpa keharusan bisa calistung, dan sebagenya.
BalasHapusYakin banget deh, seyakin2nya, kalo semua orangtua pasti pingin sekolah yang terbaik buat anak. Metode yang bagus, jarak yang dekat, biaya yang terjangkau, plus 'manusiawi' itu tadi.
Masalahnya adalah, apakah sekolah seperti itu masih ada? Dan kalaupun ada, apakah terjangkau oleh kita, baik dari segi jarak maupun biaya?
Percayalah, survey dan mencari sekolah untuk anak itu ga gampang. Kita bisa saja punya keinginan dan list yang panjaaaaaang, tapi pada akhirnya kita mungkin cuma menemukan sekolah yang bisa memenuhi sekian persen dari list kita. Jadi pada akhirnya, kita hanya berkompromi. Kita melakukan segala usaha yang kita bisa agar sistem pendidikan yang kelewatan ini tidak terlalu jadi beban anak. Kita berusaha mengurangi beban anak dengan mendampinginya belajar dengan menyenangkan. Teknisnya seperti apa, ya itulah PR kita para orangtua.
Gue sebelum memutuskan sekolah Dafa yang sekarang, udah keliling nyaris se-Bekasi. Ada Sekolah Alam yang metodenya bagus banget dan gue sreg banget, tapi jaraknya jauh sekali. Anak gue harus bangun jam berapa?
Ada yang lebih deket, tapi biayanya edan. 20 juta (saja). Ya gue kaga punya duit segitu. Ada yang dekat, terjangkau dan bagus, tapi sekolah agama lain. Akhirnya... ya sekolah yang sekarang sudah yang paling mendekati dari keinginan gue yang panjang itu. Meskipun, ada beberapa kekurangan juga.
Sebelum terjun sendiri ke lapangan, kita emang punya bayangan idealis. Itu wajar. Masalahnya, setelah liat kondisi dengan mata kepala sendiri, akhirnya kita sadar, didalam sistem inilah kita hidup. Dan karenanya kita perlu berkompromi.
Ya contoh gampangnya, Ida "hanya" karena urusan transportasi aja bisa mikir ribuan kali, apakah sekolah ini cocok atau ngga buat Riffat. Jadi, memilih sekolah memang bukan sekedar memilih metode dan kurikulum, tapi juga hal2 printilan lainnya yang ga gampang untuk disiasati.
Sori kalo kepanjangan, dan maaf kalo ada yang tidak berkenan.
Ra
BalasHapusMakanya sebelum gw beli coba lu review dulu bukunya. Kalo dari resensi lu udah cukup pan gw kaga usah beli lagi bukunya hehehe..
Uwi
Ahh lu mah bikin panjang jurnal gue Wi, copas deh tu coment bikin jurnal ndiri kikikikikkkk.. Yah intinya sekolah sebaik apapun menurut kita, tetep dicari yang paling mudah dijangkau dari segi biaya, transportasi, safety. Dll.
Kalopun ada skul yang sesuai ma keinginan kita, tapi dr segi jarak, keamanan gak memenuhi, ya apa mau dipaksa kesana. Mau sekolah aja musti nglewatin jalan rame, macet, yang ada anak malah stress duluan. Makanya survey sekolah beserta printilannya harus dilakukan, demi mencari sekolah yang paling RASIONAL buat anak.
@ Uwi : sekolah apa tuh Wi smp 20jeti? TK gt? Uang masuknya doang?
BalasHapusAda, sekolah Islam gitu Ken. Terkenal kok. 20 juta itu SD-nya kalo ga salah. Uang masuk doang. Deket banget sama rumah gue, 5 menit naek motor sampe. Anak ga harus stres macet2an dulu.
BalasHapusKalo Playgrupnya, seinget gue sekitar 6-8 juta, masuknya doang. TK-nya 14-15 juta, masuknya doang. Ada diskon sih buat TK yang lanjut dari PG dan buat SD yang lanjut dari TK. Soalnya ini sekolah PG sampe SMP. Tapi tetep ajah, sediskon2nya paling 'cuma' 2 juta. Kalo 20 juta diskon 2 juta ya masih 18 juta pan. Ah, gue belum sanggup lah ngeluarin uang segitu. Belum SPP-nya. Belum printilan uang lain2 lagi. Belum buku, belum 'ongkos sosialnya'.
Gue kemaren survey memang banyak, ga cuma PG doang, tapi sekalian sama TK dan SD, hehe. SD sih belum liat banyak, tapi bayangan udah ada. Yah, liat2 kondisi aja, nyiapin mental dan tabungan, secara 2 tahun lagi Insya Allah Dafa masuk SD.
Wi, JISc bukan Wi yg lo maksud? Giling mahalnyaaaa :(
BalasHapusada bukunya...ada sekolahnya ga ra?
BalasHapusyang pasti......banyak bermain aja deh...kyknya kalo paud n tk udah lumayan banyak tapi yg bikin stres tuh mulai sdnya ra.......
belum nemu yg membumi juga....padahal wkt udah deket huaaaaaaaaaaaa
mba idaaa. aku prnh ke sini! klo ada waktu, ngobrol di ym aja yaauw..;) *panjang soale* :D
BalasHapusBener. Ada bukunya, tapi raealisasi di lapangan bagaimana? Toto Chan dan Sekolah Manusia itu bicara di tataran ideal. Sama seperti masalah kesehatan misalnya. Idealnya seperti apa, kita bisa fasih bicara. Tapi ga bisa bohong, kondisi di lapangan sudah berbeda. Maka yang bisa kita lakukan hanyalah kompromi atau melakukan langkah yang radikal sekalian. Bikin sekolah sendiri misalnya, hehehe.
BalasHapusSetuju sama Ika, TK dan PG udah cukup banyak yang bagus. Ada yang sudah menerapkan metode bagaimana mengajarkan anak calistung tanpa anaknya sadar kalo mereka lagi belajar. Tambel itu bagus tuh, anaknya pasti ga ngeh kalo lagi 'sekolah', hehehe. SD emang butuh energi lebih banyak ya kayaknya. Dan sekali lagi, ini PR buat kita semua, para orangtua.
Thia, okeeeeh gw buzz yaaaa
BalasHapustfs mba Ida, sekarang ini aku jg lagi survey sekolah tiap wiken buat devan, hihih
BalasHapushappy hunting ya Win.. :D
BalasHapussetuju juga. Praktek emang ngga seindah teori. Ada banyak kepentingan dan regulasi yang hmmm yaaa tau sendiri deh :-)
BalasHapuskadang yg perlu dipertimbangin...kita ngeliat totochan emang ideal...kayaknya asik maen thok, bebas, dsb. tapi, apa anak nyaman??
BalasHapustuh ada emak yg udah masukin ke sekolah model totochan, rada jauh dari rumah. taunya bocah (yg emang bukan totochan sih :D) kaga nyaman dan minta pindah ke sekolah yg lebih deket rumah dan lebih...gak ideal heheheh
*lirik si bencong*
Naaahhh, noh ada lagi contoh ya Cong.. Skola ideal buat ortu belum tentu ideal buat anak. Paling sedep emang skola ideal, deket rumah, murah, anak seneng, ortu bahagiaaa hahaha..
BalasHapuskalo paud kan bukan sekolah akademis....
BalasHapuskalo urusan akademis mah kita bisa ajarin di rumah sendiri,toh kita bs calistung
yg aku butuhin sekolah dini ini adalah kesempatan anak mengembangkan karakter,emosi dan sosialisasinya
buat apa anak kita cerdas secara kognitif tapi ga secara emosi
padahal sekarang banyak hal kesuksesan dari emosi yg menunjang
ga bisalah (kalo gw sih) kita nerapin belajar emosi dan sosialisai di rumah. coba sekarang.....kita nerapin,'ayo ojan beresin mainan sendiri'
mungkin kalo gw aja bisa tapi pas sama pengasuhnya? ga mungkin dia tega.
apalagi sekarang...hidup sama neneknya,kakeknya,pengasuhnya..wah repot dong
anak juga perlu belajar sakit ati,merasakan menang kalah (apalagi kalo rebutan maenan ma orang),kompetisi,kecewa dsbnya....kalo di rmh sih (di rumah gw) gw yakin anak2 gw ga dapat itu...
hehehe,udah hunting sekolah juga...
BalasHapuslangsung ambles menghujam bumi tuh idealisme
akhirnya milih sekolah yang paling deket, paling mirip kondisinya sama rumah, paling komunikatif gurunya cuma sayangnya paling mahal *tepok jidat*
yaaah, abis ini mau nabung buat bayar SD aja lah
sama bikin sekolah yang mendekati ideal dengan biaya yang lebih irit, huahahaahahahaha... *daydreaming*
skolahannya si eneng udah brp hari ini ngasih PR loh. G sampe shock, penjelasan kepseknya sih gini: jadi awalnya emang gak pernah ada PR dalam kurikulum mereka, apalagi untuk anak PG. Tapi seiring berjalan belajar-mengajar, ternyata anak2 kelas isya udah menunjukkan kesiapan belajar membaca. Jadilah disisipkan pelajaran membaca itu salah satunya melalui PR. Berhub kepsek isya memang lulusan montessori di mana dia berprinsip follow the child, anaknya udah siap ya kasih, anaknya blom siap ya jangan maju dulu. But still, itu mah pembelaan dia, g sih ttp gak sreg anak g dikasih PR. Solusinya buat g yah g biarin aja anak g mau ngerjain PR apa kagak, mau dia ngerjainnya acak kadut belang bentong gombal gambel :p Intinya, kalau dia mau ngerjain PR itu karena dia MAU ngerjain PR. Megang pensil sama kertasnya sama aja kayak kalo dia lagi maen gambar2an oret2an sama gue. Gak pake beban, gak pake takut dimarahin.
BalasHapusmoral of the story:
*seperti segala hal di dunia fana ini (cieeeeeh) sulit untuk menemukan sesuatu yg BENARBENAR ideal dalam takaran kita yg subyektif. Tapi sekolah cuma brp jam sih sehari? seminggu? sebulan? Kalo ada kurang2nya ya tinggal ditambel dirumah karna pan pendidikan anak mah tanggungjawab ortu bukaaaaan.....
*pengen nulis panjang aja, biar eksis, gak mau kalah sama uwi!
weewwww!!
BalasHapusSoal sekolah diomongin emang ngga ada abisnya yaaahhh
Ika
Sekolah bagus emang udah pasti mahal Ka, tapi sekolah mahal belum tentu bagus.
Dincul
Waks serius lo anak PG dikasih PR? Lah kalo nurutin anak ya ngga bisa dijadiin dasar. Yakin gak tuh SEMUA anak udah punya kemampuan? Udah siap? Hah! Hah! Palagi calistung. Anak mah kita yang ngatur, bukan anak yang ngatur orangtua ataupun guru! Tul gak?
Gue setuju, skolah adalah pendamping, pendidikan utama tetep oleh ortunya!
Yok mareee nulis panjang!!
*kalem, tak mau terpancing propokasi*
BalasHapusizan masih PG tante Ida tapi kalo TK Insya Allah mau di tempat yang sama. TKnya tanpa PR loh..mana skolah Alam bikin Izan seneng de,,yukk riffat skolah bareng Izan aja..
BalasHapusjangan salah da........
BalasHapusdi sini di pwt ada sekolah,namanya tk bhayangkari,ini tk semua keluarga gw,wkkwwk.......sistemnya sama,maen...
tau ga berapa bayarnya? cm 35 rb sebulan
fuuuullllllllllll maen!!
pas darris dapet PR, aku yg sutris...lha TK jeh..berasa kudu dikerjain wajib fardlu ain...
BalasHapusika, pindah dolan thok ae mbayar 35ribu :D
@kircul............murah mak!!
BalasHapusdaripada ndolani dewe?
mak'e ga iso ngerum
jauh Zan Riffat mah di seputaran Tomang ajah hehe
BalasHapusoh Ikaaaa enak men kuiiii wah cepet sugeh yen koyo ngono :p
BalasHapusnah kan, yg ada emaknye yg ngerjain PR hehe
BalasHapusbetul betul betul! Tapi ngerum mulu neeh.. Gw kapan nulis survey selanjutnyaaaaaaaaaaa arrrraaaagggghhhhhhh
BalasHapustuuiiinggggggggg..............
BalasHapusga papa mak...
BalasHapusdaripada awakmu dolanan kompi terus
riisss.....kuwi makmu kekno pr sing akeh
@ika, oiyo bener ka...berarti maksudmu bayar 35rb ben awakmu iso ngerum?
BalasHapus@ida, gak da, gak pernah gue ngerjain PR bocah. kudu bocah. cuman gue jadi ikut sutris soalnya bocah rentang perhatiannya masi pendek. susah fokus ke PR.
ada kaa.. ada contoh sekolahnya, ada gurunya dan ada murid2nya.. ga fiktif ko..
BalasHapuskl skrg gw emg masih sebatas baca bukunya.. paling ga gw dulu deh yg belajar ttg sekolahnya manusia..
Dimana Ra sekolahnya?
BalasHapusYang gue baca sih, Pak Munif itu berhasil mengubah beberapa sekolah di Jawa Timur dari sekolah yang sekarat menjadi sekolah yang berprestasi dengan menggunakan Multiple Intellegence System dan Multiple Intellegence Research. Tapi di kota2 lain, ada ga ya sekolah seperti itu?
Kita ibu2 disini (gue deh minimal), juga bukan ga mau belajar tentang sekolah manusia. Gue Insya Allah tau kok sekolah dan konsep pendidikan seperti apa yang SEHARUSNYA diterapkan ke anak gue. Gue juga tau apa yang gue mau. Dan gue percaya temen2 disini juga begitu.
Masalahnya ya seperti apa yg gue tulis panjang lebar diatas. "Sekolah Manusia" itu ada berapa sih di Indonesia? Kita2 yang udah survey dan school hunting menemukan kenyataannya lain. Padahal, memilih sekolah itu banyak faktor. Jarak dan Biaya adalah faktor utama. Kalo ada Sekolah Manusia di kota kita tapi jarak tempuhnya jauh, apa iya masih mau dipaksa kesana? Anak belajar menyenangkan itu kan terbentuk dari banyak faktor juga.
Kalo memang ada Sekolah Manusia di deket tempat tinggal gue atau temen2 lain disini ya kita pasti bakalan masukin anak kita kesitu dong. Itulah makanya bulan2 ini lagi rame ibu2 posting soal survey sekolah anak. Karena kita pasti ga mau asal masukin anak ke sekolah yang ajaib, yang cuma mengejar prestasi kognitif dan akademik semata tapi kosong secara emosional. Insya Allah ibu2 sekarang udah cukup cerdas kok dalam soal pendidikan anak.
Tapi mudah2an nanti kalo tiba saatnya Aya sekolah, ga susah ya menemukan Sekolah Manusia itu di deket tempat tinggal lo. Amiiiiiin.
bukannya merasa fiktif ra..
BalasHapusbener juga kata uwi soal biaya dan transpor
kalo mengembangkan multiple intelegence,juga di tambel dan tbif ini juga ada ra,padahal di daerah
kalo kita selalu melihat kondisi ideal,kalo gw sih ga bisa ra,gw harus liat sikon. semua teori parenting bagus dan ideal buat anak2 kita,tapiiiiii.......ga mesti langsung bisa di terapkan ke anak2 kita. anakku dan anak uwi misalnya,walo mungkin aku dan uwi juga kamu punya prinsip yg sama dalam mendidik anak,tapi apakah teori parenting itu bisa di terapkan langsung?
enggak ra.....ingat setiap anak adalah sebuah pribadi yang UNIK,ga bisa kita menerapkan semua hal secara pas,kita liat liat kondisi anak,psikis,fisik,lingkungan
dll.
entar deh ra,kalo elo udah ngerasain cari sekolah susah,udah dapet tapi ga ada hal2 yg ga sreg,terus mo gimana?
kalo gw sih asal ga keluar dari rel sekolah anak2 aja udah cukup,ga perlu berambisi harus A,I,U,E,O...... ga bisa kita nerapin hal ideal di dunia ini,kecuali kalo kayak si K pemilik harian terbesar di jateng,dia ga sreg ma sistem pendidikan indonesia,terus bikin sekolah sendiri...nah masak lo mau gitu?
Yah, kalo bicara kondisi ideal mah semua juga fasih. Kita kan bukan orang bodoh yang ga belajar. Tapi kita sudah LIHAT dan MERASAKAN sendiri kondisi real yang terjadi seperti apa. Toto Chan oke. Sekolah Manusia bagus. Semua membuka paradigma baru di pemikiran kita.
BalasHapusMasalahnyaaaaa...*muter2 mulu gue ngomong*. Ya itu tadiiii. Bisa ga diterapkan di lingkungan kita? Emang hari gini nyari sekolah gampang apa? Cari sekolah anak juga ada ilmunya. Kita juga belajar dulu sebelum terjun perang. Jabanin dulu, baru bisa ngomong: ini loh idealnya, dan begini kondisi real-nya. Lama2 capek juga gue bahasnya Ka, wakakaak.
iya wi....
BalasHapusngebahas sekolah kapan beresnya
entar kalo udah tajir bikin sekolah sendiri!!
gw ma elo pemiliknya jd ideal.
dah...bahas resep kue aja!!
Rara, its oke kok baca buku sekolah manusia sebagai referensi. Sebagai benchmark, jadi nanti pada saat lu udah kudu survey TK buat Aya, lu udah tau kriteria sekolah yang lu pengen itu gimana. Tapi jika ngga nemu sekolahnya gimana? Kalo lu nemunya sekolah itu jauuuh dari rumah gimana? Akhirnya ya cari sekolah yang paliiiinnngg ideal buat anak, buat ortu, terutama buat anak ya. Ideal bukan berarti yang idealis seperti yang tercantum di buku, yah et lis mendekati, kalo ngga mendekati pun.. dan ngga ada yang sesuai dengan kriteria lu sama sekali? Ya rencanakan plan B.. mau HS ato apalah ato bikin sendiri sekolah manusia lah -- gue kok gimanaaaa gitu ya dengan kata sekolah manusia -- yah whatever you name it itu sekolah.. yang jelas itu Taman Kanak-kanak judulnyaaahhh which is ramah dan sesuai buat anak-anak.
BalasHapusPanjang kali daaaaa
BalasHapusGw gak mau komen... Otak dan hati gak nyampe buat ngomongin sekolah
Heheheheee kita maen di warung aja yuukk
Btw semoga si ole.01 ketemu skolah yg cucok ya booow...
Ian, embeeerrrr.. Lu mah entar masih 3tahun lagi tar lu bisa tanya2 di warung dah hahaha..
BalasHapusUdah ada pandangan Yan moga2 cucok.
Yuk ngewarung lagi!
*ngambil gorengan en teh anget
@ Dwi: gapapa wi kalo bayar 20 juta bistu ga bayar lagi sampe kuliah, hehehehhe *ngimpi kali yeeee* :P
BalasHapus@Da: makasi ya ulasannya, baguussss *pak tino sidin banget deh gue* :D
wuah rame sekali ya ngrasaninya... ada jawaban dari Bintang bangsaku untuk ini silahkan di kunjungi di sini
BalasHapusDuh Pak, saya tidak setuju kalo dibilang ngrasani, ngrasani itu jelek lho.
BalasHapusYang saya paparkan disini tidak jelek lhooo pls dibaca baik-baik.
Saya udah berkunjung kok, dan udah leave comment disana. Dan saya sangat appreciate atas klarifikasinya.
jd ngintip deh gw.. ternyata panjang aja...
BalasHapussemakin banyak ortu yang survei kondisi Sekolah dan mejurnalkan, maka akan semakin banyak pula masukan untuk sekolah-sekolah ya ?
BalasHapussemoga tambah baik dan maju (sesuai kondisi dan keperluan anak) ya sekolah2 tsb.
btw, anak TK sekarang udah dikasih PR ya ? :O
BalasHapuspermisi, titip two thumbs up utk TK tsb ya !
BalasHapussungguh memperhatikan apa yang sebenarnya diperlukan anak2 usia tk ^^
Mbak Dinar, engga PR dalam arti sebenarnya mba. Baca jurnalku yg baru deh mba.
BalasHapusSebetulnya seperti buku penghubung. Bukan PR
pertanyaan saya bukan untuk mbak kog ;)
BalasHapusuntuk mba Kirana21 ;)
telat komen gue ya.... gue terus terang gak survey sehebat ini sama sekolahnya Damai hehe... ada 1 sekolah umum di depan cluster tadinya mau di situ eh ada bangunan baru calon sekolah katolik yg kebetulan udah gue tau sejak lama lumayan bagus... tanpa banyak pertimbangan kurikulum dan ini itu gue langsung daftar (yah pas daftar sih cerewet jg tanya ini itu)... gue gak punya banyak pilihan karena pilihan2 yg lain jauuuuh banget dan lebih costly (banget) untuk transportasinya plus gue mempertimbangkan waktu kerja gue, kan belum bisa pakai asisten...so kalo deket gue bisa nganter, pulang dan jemput lg.... diawasin sambil jalan aja...mudah2an pilihan gue gak salah
BalasHapusMba Dinar, hehehe lah gak nyebut atau quote sih mana saya tau ke Kirana hehehe :D
BalasHapusSisil,
Mudah2an cocok ya Sil, gue survey begini karena gak puas sama PG Riffat, makanya gak boleh terulang kesalahan yang sama :)
iya maap, kebiasaan ga pencet Reply ;D
BalasHapus