[Riffat] He's growing

Riffat udah engga bayi lagi, dia juga sudah bukan balita lagi, dia sudah besar dan maunya diperlakukan seperti orang dewasa pada umumnya, walaupun kadang-kadang dia iri adiknya diuyel-uyel mama terus hihihi. Cara berpikirnya pun sudah jauuuuuhh berbeda, lebih luas dan berkembang, logikanya juga jalan banget sampai kadang-kadang aku butuh diam berfikir apa yang harus aku jawab atas pertanyaan-pertanyaan dia,sudah bukan pemikiran ala anak-anak yang maunya enak aja tapi dengan gaya pertanyaan yang khas anak-anak yang haus dengan bertanya dan ngeluarin apa aja yang ada di benaknya. Riffat juga udah ngga bisa diperintah-perintah kamu harus A kamu harus B. Segala sesuatu yang dia kerjakan dia sadar betul akan konsekuensi dan apa manfaatnya buat dia, ngga waton mau enaknya aja. Kebiasaan yang aku bentuk bahwa jika dia menginginkan sesuatu dia harus berusaha dulu sudah tertanam dengan baik di benaknya. Kalo istilah psikolog yang aku temui, Riffat udah ada dalam tahap REKANAN. Moga-moga lancaaar terus ya Leee di tahap ini

Kelihatannya di otaknya sekarang sedang menari-nari berbagai pertanyaan atas fakta yang dulu belum dipahaminya. Pertanyaan sebab akibat semacam mengapa ada hujan, air hujan darimana asalnya sambil dia melihat kelangit mencoba-coba mencari sumber airnya, trus lanjut ke mengapa ada petir, petir itu terbuat dari apa? Apakah Allah marah makanya ada petir? Sampai ke pertanyaan soal ketuhanan, "Mama Tuhan itu mandi ngga? punya mata ngga? laki-laki atau perempuan?'" teruuuuussss aja sampai dia dapet jawaban yang memuaskannya. Lain waktu dia dapet ilmu dari sekolah bahwa nabi itu tidak boleh digambarkan wajahnya bagaimana, sampai rumah dia tanya juga kenapa Nabi gak boleh digambar? *fiuuuuhhh*

Lain waktu dia tanya, "Kenapa mama kalo dirumah ngga pakai kerudung, pakai celana pendek sedangkan kalo keluar harus pakai kerudung dan baju tangan panjang?"

Untungnyaaaaa pertanyaan-pertanyaan itu bisa aku jawab dengan santai dan kujawab dengan bahasa sederhana dan apa adanya, gak ada satupun yang ditutupi. Kadang-kadang ada pertanyaan yang tidak bisa kujawab, biasanya aku diam dulu, minta kasih kesempatan buat mikir, atau menunda menjawabnya. Misalnya dengan kata-kata: "mama belum tau niy Mas nanti kita cari tau di internet yaa atau di ensiklopedi". Nah biasanya dia akan nagih tuh ga berapa lama untuk cari jawabannya hehhe..

Yang lucu, pernah dia tanya: "Ma, wajahnya Allah itu seperti apa sih?", aku jawab, "Mama ngga tau mas, kan Mama belum pernah ketemu". Riffat jawab: "nanti kita cari di internet yaaa" [waduhhh, mulai panik], aku jawab: "ya ngga ada mas, semua manusia itu belum pernah melihat wajah Allah". Diapun nyaut:"trus kapan ketemunya ma? kalo udah mati, trus ditimbang kelakuan baik buruknya, trus kalo banyak baiknya masuk surga, baru ketemu?", aku jawab "iyaaa...". Baru deh dia diam dan kliatan mikir lagi. Nah kalo saat gini baru enak tuh masukin hal-hal positif ke Riffat, "makanya supaya bisa ketemu Allah, Riffat harus berterima kasih sama Allah dengan sholat, sedekah, berbuat baik, makanan dihabiskan endebraa endebraa... jadi timbangan baik lebih berat daripada timbangan buruknya". Riffat pun manggut manggut.

Hadeeeh Leee... rasanya emang Mama musti selalu siap-siap sama kejutan kejutan berikutnya yang sooooooo unpredictable. Wew!!!

Masih meleleh rasanya kalo ingat kemarin Riffat bilang "ma, mulai sekarang aku aja yg rapiin kasur, biar mama gak capek, trus kalo bibi gak datang, aku aja yang ngepel, gitu yaa?"

Daaaan pagi tadi pun dia mulai merapikan kasurnya sendiri... *nangisss... ga ada ikon nangis lebay disini yak hihihhi*


Love you ganteng!