Banyak hikmah yang bisa aku petik dari BADAI yang menyerangku 2 minggu lalu. Banyak sekali pelajaran yang bisa dipetik, baik sebagai anak dan sebagai Ibu sekaligus. Benar-benar aku diuji dua-duanya.
Ibu sakit, gejala awal penyempitan pembuluh jantung, kalo kata dokternya ngga ada sesuatu yang mengkhawatirkan. Tapi, selepas dari rumah sakit pun Ibu terlihat seperti masih sakit banget, terlihat lemas, dan super duper sensitif. Mau apa-apa jadi takut, takut ntar jadi deg-degan, ntar jadi lemes, ntar kenapa lah.. ntar begini lah begitu lah. Sigh! Jujur, dalam hati sempat mengeluh. Oh Ibu, Ibu itu ngga apa-apa, Ibu itu sehat, dimana Ibuku yang dulu lincah, dimana Ibuku yang dulu selalu menjadi Eyang Uti yang paling disenangi cucu-cucunya? Please don't too sensitive..
. Orang datang menjenguk, ngomongin yang engga pengen didengar Ibu, jadi lemes, nonton kekerasan di TV, lemes.. deg-degan. Duh rasanya aku sampai putus asa gimana cara mengembalikan luka psikisnya.
Sampai akhirnya Riffat demam, kejang 2 kali, duh Gusti... serasa ditampar! Astaghfirullah, aku gak boleh berfikir seperti itu. Segera aku introspeksi diri, lalu, berusaha memahami Ibu, melayani beliau sebaik-baiknya, TANPA MENGELUH. Tiap malam aku tidur memeluk beliau sambil mensugesti positif kalau Ibu tidak apa-apa, aku cium Ibu, elus-elus kepalanya, aku cuma ngebayangin dulu saat aku kecil pasti dibelai-belai seperti ini. Nah saat itulah rasanya aku berkeinginan membalas semua kasih sayang Ibu, walaupun sampai saat ini yakin deh gak bakal bisa terbalaskan semuanya. Berangsur-angsur, pelan-pelan, Ibu mulai bersemangat. Tampaknya memang beliau butuh support, buth perhatian dari orang-orang terdekatnya.
Ya, memang sedang ada masalah di keluarga kami, dan tampaknya itulah yang menjadi beban pikiran Ibu. Mau gak dipikirin ya susah, gak bakal bisa. Aku juga seorang Ibu, aku bisa merasakan apa yang dirasakannya.
Siapa yang mengira disaat Ibu sakit, tiba-tiba anakku Riffat juga harus masuk RS. Kami dengan terpaksa extend di Smg yang tadinya cuma seminggu jadi hampir 2 minggu, rasanya seperti ada yang ngatur bahwa kami memang harus disana selama itu. Di hari terakhir aku di Semarang, aku dan kakak berbicara intens dengan Ibu dan akhirnya meledaklah tangis Ibu, seperti mengeluarkan beban yang beraat bangeet. Aku memeluknya, mengusap air matanya, dan gak terbendung juga air mataku.. rasanya ngga rela Ibu jadi tersiksa seperti ini.
Dear my Mom..
we're here..
right beside you..
Be strong..
Semua ini adalah rencana-Nya
Semua ini adalah berkat hidayahnya
You have to be strong for us
And you can strong because we all always with you
We love you my mother..
Saat itu, rasanya aku sedang melalui satu tahap kehidupan dimana aku harus menganggap (dan memang) diriku sendiri sudah dewasa dan engga lagi orang tua yang support anak-anaknya namun sudah saatnya anak-anak mensupport Ibu Bapaknya. Support secara mental, secara batin!
Sekarang insya Allah Ibu sudah membaik, tapi tetap kami berpesan supaya pelan-pelan aja memulihkan keadaan mendekati dulu, gimanapun Ibu memang masih merasakan sakit jika terlalu capek dan jika terlalu emosi.
Dear friends.. jika orangtua kalian ada di dekat kalian, segera lah cium dan katakan kalau kalian SAYANG mereka. SUERR!! Ngga rugi ngucapin itu! Kekuatan ungkapan cinta itu bisa menyembuhkan penyakit yang di deritanya. Kalau secara mental senang, maka akan mensugesti positif untuk keinginan sembuh. Kalau batinnya aja seneng, otaknya akan menstimulate organ-organ lain ke arah yang normal. Betul kan??
Ibu sakit, gejala awal penyempitan pembuluh jantung, kalo kata dokternya ngga ada sesuatu yang mengkhawatirkan. Tapi, selepas dari rumah sakit pun Ibu terlihat seperti masih sakit banget, terlihat lemas, dan super duper sensitif. Mau apa-apa jadi takut, takut ntar jadi deg-degan, ntar jadi lemes, ntar kenapa lah.. ntar begini lah begitu lah. Sigh! Jujur, dalam hati sempat mengeluh. Oh Ibu, Ibu itu ngga apa-apa, Ibu itu sehat, dimana Ibuku yang dulu lincah, dimana Ibuku yang dulu selalu menjadi Eyang Uti yang paling disenangi cucu-cucunya? Please don't too sensitive..
Sampai akhirnya Riffat demam, kejang 2 kali, duh Gusti... serasa ditampar! Astaghfirullah, aku gak boleh berfikir seperti itu. Segera aku introspeksi diri, lalu, berusaha memahami Ibu, melayani beliau sebaik-baiknya, TANPA MENGELUH. Tiap malam aku tidur memeluk beliau sambil mensugesti positif kalau Ibu tidak apa-apa, aku cium Ibu, elus-elus kepalanya, aku cuma ngebayangin dulu saat aku kecil pasti dibelai-belai seperti ini. Nah saat itulah rasanya aku berkeinginan membalas semua kasih sayang Ibu, walaupun sampai saat ini yakin deh gak bakal bisa terbalaskan semuanya. Berangsur-angsur, pelan-pelan, Ibu mulai bersemangat. Tampaknya memang beliau butuh support, buth perhatian dari orang-orang terdekatnya.
Ya, memang sedang ada masalah di keluarga kami, dan tampaknya itulah yang menjadi beban pikiran Ibu. Mau gak dipikirin ya susah, gak bakal bisa. Aku juga seorang Ibu, aku bisa merasakan apa yang dirasakannya.
Siapa yang mengira disaat Ibu sakit, tiba-tiba anakku Riffat juga harus masuk RS. Kami dengan terpaksa extend di Smg yang tadinya cuma seminggu jadi hampir 2 minggu, rasanya seperti ada yang ngatur bahwa kami memang harus disana selama itu. Di hari terakhir aku di Semarang, aku dan kakak berbicara intens dengan Ibu dan akhirnya meledaklah tangis Ibu, seperti mengeluarkan beban yang beraat bangeet. Aku memeluknya, mengusap air matanya, dan gak terbendung juga air mataku.. rasanya ngga rela Ibu jadi tersiksa seperti ini.
Dear my Mom..
we're here..
right beside you..
Be strong..
Semua ini adalah rencana-Nya
Semua ini adalah berkat hidayahnya
You have to be strong for us
And you can strong because we all always with you
We love you my mother..
Saat itu, rasanya aku sedang melalui satu tahap kehidupan dimana aku harus menganggap (dan memang) diriku sendiri sudah dewasa dan engga lagi orang tua yang support anak-anaknya namun sudah saatnya anak-anak mensupport Ibu Bapaknya. Support secara mental, secara batin!
Sekarang insya Allah Ibu sudah membaik, tapi tetap kami berpesan supaya pelan-pelan aja memulihkan keadaan mendekati dulu, gimanapun Ibu memang masih merasakan sakit jika terlalu capek dan jika terlalu emosi.
Dear friends.. jika orangtua kalian ada di dekat kalian, segera lah cium dan katakan kalau kalian SAYANG mereka. SUERR!! Ngga rugi ngucapin itu! Kekuatan ungkapan cinta itu bisa menyembuhkan penyakit yang di deritanya. Kalau secara mental senang, maka akan mensugesti positif untuk keinginan sembuh. Kalau batinnya aja seneng, otaknya akan menstimulate organ-organ lain ke arah yang normal. Betul kan??